Aku sengaja memasang deskripsi pada judul blog ini : Catatan Nicka 'Si Anak Mamie' hanya untuk sedikit menyindir mereka yang telah menempelkan embel-embel ini pada namaku -atau menyebut begitu di belakangku, sama saja.
Seperti apa seh konsep 'Anak Mamie' yang mereka maksudkan itu?
Apa karena mama selalu berada di dekatku? Wah, picik sekali. Dengar ya baik-baik, bukankah kita selalu ingin berada di dekat orang yang kita cintai. Dan ketika orang yang paling kita cintai di dunia ini ternyata sudah memasuki usia senja, tegakah kita meninggalkannya sendirian? Kasihan sekali orang yang menjawab 'Tidak' -karena orang itu pastilah seorang pemurung yang tak mengenal arti cinta. Jika hal yang bisa membuat mama bahagia adalah keberadaanku di sisinya, maka itulah yang akan kulakukan untuknya. Belajarlah bagaimana mencinta lebih banyak lagi.
Anak Mamie selalu berkonotasi anak manja yang tak mandiri. Sayang sekali, mereka tak bisa mencari-cari alasan yang menunjukkan ketakmandirianku. Dari SD sampai SMA, aku selalu mendapat beasiswa prestasi. Satu-satunya yang menjadi motivasiku adalah aku ingin meringankan beban mamaku -karena menjadi single parent saja sudah merupakan suatu ujian berat. Ohya, berjualan nasi dan gorengan di sekolah pun pernah aku lakoni demi mengumpulkan receh demi receh. Bahkan waktu SD aku merancang dan menjahit baju-baju barbie buat dijual ke temen-temenku -waktu itu laris manis lho. Masih ada, aku menulis puisi dan mengirimkannya ke koran lokal, buat nyari tambahan uang saku.
Jadi di mana letak ketakmandirianku? Pernahkah aku merongrong mama untuk biaya kuliah? No! Selepas SMA aku langsung berusaha mencari kerja. Aku nyadar nilai yang tinggi tak menjamin seseorang bisa masuk perguruan tinggi bergengsi. Aku mendaftar sana-sini, menjadi penjaga warnet atau toko. Tapi sebelum semua itu kulakoni, Allah menuntunku ke jalan cahaya-Nya. Aku diterima di STAN D1 Perpajakan Yogyakarta. Kuliah gratis, cuma satu tahun, dapat uang saku dan lulus langsung ikatan dinas.
Jadi apa konsep 'Anak Mamie' itu? Apakah aku hanya menganggur dan berpangku tangan selepas kuliah? Salah besar. Selain sebagai Blogger n Blogwalker, gini-gini aku juga kerja di instansi pemerintah lho. Meski jabatanku masih rendah, tapi bukankah ini lebih dari cukup untuk menunjukkan bahwa aku berdiri di atas kakiku sendiri.
Jika yang mereka maksud 'Anak Mamie' adalah karena mereka mengira aku tidak bisa memasak, itu Non Sense! Dulu aku memang tak punya cukup uang untuk beli bahan dan alat memasak. Tapi sekarang coba aja mampir ke rumah dan cicipi Fusilli saus bolognaise plus mix salad buatanku! Nyummiii... Pake logika aja deh, seumur hidup di dekat mama pastinya punya banyak waktu buat menyerap ilmu memasaknya dunk. Ikh gimana seh, jadi sebel lama-lama.
Apalagi...Masih kurang puas? Karena aku belum punya motor dan ga bisa naik motor? Huwahahaha....Mereka yang punya motor dan bisa naik motor justru berubah jadi anak manja, yang 'ga bisa pergi kemana-mana tanpa motor' -Maaf ya, aku harus blak-blakan. Aku bersyukur kelemahan ini tidak menjadi penghambat buat karir dan hidupku. Aku bisa menjangkau pusat perbelanjaan dan kuliner manapun di Jogja, tanpa motor. Aku pun ga pernah telat menyampaikan laporan bulanan ke instansi lain meski jaraknya berkilo-kilo meter, juga tanpa motor. Semua akan menjadi mudah jika kita mau berusaha dan sedikit berbagi rezeki pada supir angkot. Bukan berarti aku tidak ingin bisa, tapi semua ada prioritasnya.
So, dearest my friends who call me 'Anak Mamie', I'm so sorry for this inconvenient. I must say that You get NULL, because You make a statement without any argument. Poor You...
Seperti apa seh konsep 'Anak Mamie' yang mereka maksudkan itu?

Anak Mamie selalu berkonotasi anak manja yang tak mandiri. Sayang sekali, mereka tak bisa mencari-cari alasan yang menunjukkan ketakmandirianku. Dari SD sampai SMA, aku selalu mendapat beasiswa prestasi. Satu-satunya yang menjadi motivasiku adalah aku ingin meringankan beban mamaku -karena menjadi single parent saja sudah merupakan suatu ujian berat. Ohya, berjualan nasi dan gorengan di sekolah pun pernah aku lakoni demi mengumpulkan receh demi receh. Bahkan waktu SD aku merancang dan menjahit baju-baju barbie buat dijual ke temen-temenku -waktu itu laris manis lho. Masih ada, aku menulis puisi dan mengirimkannya ke koran lokal, buat nyari tambahan uang saku.
Jadi di mana letak ketakmandirianku? Pernahkah aku merongrong mama untuk biaya kuliah? No! Selepas SMA aku langsung berusaha mencari kerja. Aku nyadar nilai yang tinggi tak menjamin seseorang bisa masuk perguruan tinggi bergengsi. Aku mendaftar sana-sini, menjadi penjaga warnet atau toko. Tapi sebelum semua itu kulakoni, Allah menuntunku ke jalan cahaya-Nya. Aku diterima di STAN D1 Perpajakan Yogyakarta. Kuliah gratis, cuma satu tahun, dapat uang saku dan lulus langsung ikatan dinas.
Jadi apa konsep 'Anak Mamie' itu? Apakah aku hanya menganggur dan berpangku tangan selepas kuliah? Salah besar. Selain sebagai Blogger n Blogwalker, gini-gini aku juga kerja di instansi pemerintah lho. Meski jabatanku masih rendah, tapi bukankah ini lebih dari cukup untuk menunjukkan bahwa aku berdiri di atas kakiku sendiri.
Jika yang mereka maksud 'Anak Mamie' adalah karena mereka mengira aku tidak bisa memasak, itu Non Sense! Dulu aku memang tak punya cukup uang untuk beli bahan dan alat memasak. Tapi sekarang coba aja mampir ke rumah dan cicipi Fusilli saus bolognaise plus mix salad buatanku! Nyummiii... Pake logika aja deh, seumur hidup di dekat mama pastinya punya banyak waktu buat menyerap ilmu memasaknya dunk. Ikh gimana seh, jadi sebel lama-lama.
Apalagi...Masih kurang puas? Karena aku belum punya motor dan ga bisa naik motor? Huwahahaha....Mereka yang punya motor dan bisa naik motor justru berubah jadi anak manja, yang 'ga bisa pergi kemana-mana tanpa motor' -Maaf ya, aku harus blak-blakan. Aku bersyukur kelemahan ini tidak menjadi penghambat buat karir dan hidupku. Aku bisa menjangkau pusat perbelanjaan dan kuliner manapun di Jogja, tanpa motor. Aku pun ga pernah telat menyampaikan laporan bulanan ke instansi lain meski jaraknya berkilo-kilo meter, juga tanpa motor. Semua akan menjadi mudah jika kita mau berusaha dan sedikit berbagi rezeki pada supir angkot. Bukan berarti aku tidak ingin bisa, tapi semua ada prioritasnya.
So, dearest my friends who call me 'Anak Mamie', I'm so sorry for this inconvenient. I must say that You get NULL, because You make a statement without any argument. Poor You...
6 komentar:
semangat?
tetep...
:)
Pasti...
Trims n jangan bosen2 berkunjung ke sini
berarti salah besar jika masih ada orang yang memanggil anda itu anak mamih..
mandiri sekali yah mba..
semoga tidak ada lagi yang memanggil anak mamih..
anda memang bukan anak mamih..
memang benar jika kita mencintai seseorang kita ingin selalu dekat dengan orang nya....
apa lagi orang yang kita cintai itu orang tua sendiri..
tidak pantas sekali jika masih ada orang yang memang anda anak mamih..
semoga sukses mba...
Posting Komentar